Refleksi 10 Hari Terakhir Ramadhan 1446 H: Menggapai Hikmah Lailatul Qodar Dalam Upaya Meningkatkan Ekonomi Kerakyatan di Indonesia

“Seperti halnya kita menjemput Lailatul Qodar dengan keikhlasan dan usaha yang penuh, dalam kehidupan berbangsa juga diperlukan kesadaran untuk memberikan kontribusi nyata bagi kesejahteraan bersama, dengan niat yang ikhlas untuk menciptakan Indonesia yang lebih baik dan sejahtera bagi semua”.
PDMDEPOK.COM – Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, di mana ummat Muslim di seluruh dunia melaksanakan ibadah puasa, berdoa, dan meningkatkan amal ibadah. Bagi kita, bulan Ramadhan adalah waktu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, memperbaiki diri, dan menumbuhkan kepedulian terhadap sesama. Selain dimensi spiritual yang sangat penting, bulan Ramadhan juga mengandung pelajaran sosial dan ekonomi yang bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat, terutama pada akhir bulan Ramadhan. Pada 10 hari terakhir Ramadhan, Kita seringkali berfokus pada intensifikasi ibadah, termasuk memperbanyak doa dan berusaha meraih malam Lailatul Qadar, yang diyakini sebagai malam penuh berkah dan pengampunan. Momen ini juga menjadi saat untuk merenungkan perjalanan spiritual dan hidup kita selama sebulan penuh. Namun, lebih dari itu, 10 hari terakhir Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk memperdalam rasa kepedulian terhadap sesama, terutama mereka yang hidup dalam kemiskinan dan kesulitan.
Meskipun Indonesia memiliki potensi ekonomi yang besar, ketimpangan sosial dan ekonomi masih menjadi masalah besar. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), meskipun tingkat kemiskinan di Indonesia mengalami penurunan, namun kemiskinan ekstrem dan kesenjangan sosial tetap menjadi isu yang belum dapat teratasi. Di bulan Ramadhan, khususnya pada sepuluh hari terakhir, banyak organisasi dan individu yang melakukan aksi sosial seperti pembagian sembako, bantuan langsung kepada yang membutuhkan, dan berbagai bentuk filantropi lainnya. Ini adalah bagian dari tradisi Ramadhan yang mengajarkan untuk berbagi, tetapi juga merupakan panggilan untuk lebih peduli terhadap mereka yang kurang beruntung. Dalam konteks ini, kepedulian sosial yang ditunjukkan selama Ramadhan bisa menjadi pijakan untuk mengembangkan kebijakan sosial yang lebih menyentuh kebutuhan masyarakat bawah, yang berhubungan langsung dengan peningkatan ekonomi kerakyatan. Berbagai komunitas, LSM, kelompok masyarakat bahkan lembaga-lembaga swasta berburu peran, bersama-sama membangkitkan semangat solidaritas disaat pemerintah sibuk dengan efisisensi anggaran dan segala program kebijakannya yang belum sepenuhnya mencerminkan kepentingan masyarakat.
Kebijakan pemerintah tentang Danantara
Dengan misi untuk membangun ekosistem ekonomi yang lebih adaptif dan mandiri, Danantara berupaya mengurangi ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap pihak luar serta memperkuat ketahanan ekonomi di tingkat daerah. Danantara merupakan lembaga yang sejak pertama kali berdiri langsung menarik perhatian publik berkat peran dan pengaruhnya dalam dinamika perekonomian nasional. Akan tetapi Dampak jangka panjang dari kebijakan yang diterapkan oleh Danantara masih menjadi pertanyaan besar. Jika tidak dikelola dengan baik, lembaga ini berisiko menjadi beban bagi perekonomian nasional, bukannya memberikan solusi. Terdapat kekhawatiran bahwa intervensi yang berlebihan dalam pasar justru akan mengganggu mekanisme ekonomi yang sehat, dimana keseimbangan antara penawaran dan permintaan harus tetap terjaga. Danantara mencerminkan dilema dalam kebijakan ekonomi modern. Disatu sisi, ada kebutuhan untuk menciptakan instrumen yang lebih adaptif guna menghadapi berbagai tantangan ekonomi, namun disisi lain, terdapat potensi risiko besar jika lembaga ini tidak dikelola dengan hati-hati. Karena itu, transparansi, akuntabilitas, serta orientasi pada ekonomi rakyat harus menjadi landasan utama dalam setiap kebijakan yang diambil.
Menggapai Hikmah Lailatul Qodar
Keikhlasan dalam beribadah dan berusaha dengan tulus yang diajarkan oleh Lailatul Qadar dapat menjadi pelajaran penting dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini. Seperti halnya dalam beribadah, dalam kehidupan sosial dan politik juga sangat diperlukan niat yang tulus dan usaha yang ikhlas untuk kemajuan bersama. Ditengah berbagai tantangan dan perbedaan yang ada, kita sebagai bangsa Indonesia diingatkan untuk tidak hanya mengedepankan kepentingan pribadi atau kelompok, melainkan untuk berusaha memberikan yang terbaik bagi kemajuan bangsa, tanpa mengharapkan pujian atau balasan materi. Sebagaimana ibadah yang dilakukan dengan niat baik, segala usaha kita dalam membangun negara harus didasari oleh semangat kebersamaan dan tanggung jawab, bukan untuk keuntungan pribadi atau kelompok tertentu.
Pada tingkat yang lebih luas, keikhlasan ini juga dapat menjadi landasan dalam mengatasi berbagai permasalahan sosial dan ekonomi yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Sebagai contoh, dalam menghadapi ketimpangan sosial dan ekonomi, kita diharapkan untuk lebih peduli dan bekerja sama dalam memberikan solusi yang berkelanjutan, bukan hanya berfokus pada keuntungan sesaat. Membangun ekonomi yang inklusif dan berkeadilan memerlukan upaya yang tulus dari setiap elemen masyarakat dan pemerintah. Seperti halnya kita menjemput Lailatul Qadar dengan keikhlasan dan usaha yang penuh, dalam kehidupan berbangsa juga diperlukan kesadaran untuk memberikan kontribusi nyata bagi kesejahteraan bersama, dengan niat yang ikhlas untuk menciptakan Indonesia yang lebih baik dan sejahtera bagi semua.
Zakat dan Ekonomi Kerakyatan
Penting untuk menggali potensi ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat bawah dan memanfaatkan potensi lokal untuk meningkatkan kesejahteraan bersama. Ekonomi kerakyatan fokus pada pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), yang memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia. Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, UMKM menyumbang sekitar 60 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan menyerap lebih dari 90 persen tenaga kerja.
Oleh karena itu, salah satu upaya untuk meningkatkan ekonomi kerakyatan adalah dengan memberikan dukungan yang lebih besar kepada sektor ini. Ini bisa dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak, baik pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan menciptakan ekosistem yang lebih mendukung untuk UMKM, seperti menyediakan akses pembiayaan yang mudah, pelatihan bisnis, dan platform pemasaran yang lebih luas.
Hikmah Ramadhan dalam konteks sosial ekonomi bisa dilakukan dengan menciptakan sinergi antara kepedulian sosial yang muncul selama Ramadhan dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Dalam 10 hari terakhir Ramadhan, masyarakat lebih intensif melakukan aksi sosial, tetapi juga mulai menekankan pentingnya pemberdayaan ekonomi jangka panjang.
Zakat, sebagai salah satu pilar utama dalam ajaran Islam yang dilakasanakan pada akhir bulan ramadhan memiliki peran yang sangat penting dalam membangun sinergi antara kepedulian sosial dan ekonomi kerakyatan. Zakat bukan hanya sekadar kewajiban agama, tetapi juga merupakan instrumen yang dapat mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Dengan mendistribusikan sebagian kekayaan kepada yang membutuhkan, zakat membantu menciptakan keseimbangan dalam distribusi ekonomi, serta memberdayakan kelompok-kelompok yang kurang beruntung. Ini merupakan wujud nyata dari kepedulian sosial yang menggerakkan roda perekonomian masyarakat secara adil dan merata, serta meningkatkan kualitas hidup mereka yang berada dalam garis kemiskinan.
Dalam konteks ekonomi kerakyatan, zakat berperan dalam mendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat kecil dan menengah. Dana zakat yang terkumpul dapat dimanfaatkan untuk berbagai program pemberdayaan ekonomi, seperti pelatihan keterampilan, modal usaha, dan pembiayaan mikro yang langsung menyasar pada sektor-sektor produktif di masyarakat. Hal ini akan memperkuat ekonomi kerakyatan dengan memfasilitasi akses ekonomi yang lebih inklusif bagi masyarakat bawah. Sinergi antara zakat dan ekonomi kerakyatan dapat menciptakan ekonomi yang lebih merata dan berkelanjutan, dimana masyarakat tidak hanya menerima bantuan sesaat, tetapi juga dibekali dengan kemampuan untuk mandiri secara ekonomi.
Melalui kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta, kita dapat mewujudkan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, sehingga ketimpangan sosial dan ekonomi yang ada bisa dikurangi. Dengan cara ini, hikmah Ramadhan dapat memberi dampak positif tidak hanya pada kehidupan spiritual individu, tetapi juga pada kesejahteraan masyarakat dan perekonomian bangsa Indonesia secara keseluruhan. Wallahu a’laam.
Penulis : Dr. H. Heri Solehudin Atmawidjaja, MM (Pemerhati Sosial Politik dan Dosen Pascasarjana UHAMKA Jakarta, Wakil Ketua Forum Doktor Sospol Universitas Indonesia, Bendahara Perkumpulan Dosen Peneliti Indonesia, Wakil Ketua PDM Kota Depok).