KH Usman; Ulama dan Tokoh Depok Layak Dapat Gelar Pahlawan Nasional

PDM Depok – Pada tanggal 10 November selalu diperingati sebagai hari Pahlawan. Pemerintah memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada mereka yang berjasa terhadap perjuangan dalam kemerdekaan Republik Indonesia.
Tahun ini 2023, Pemerintah memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Enam tokoh tersebut ialah: 1. Ida Dewa Agung Jambe dari Bali 2. Bataha Santiago dari Sulawesi Utara 3. M. Tabrani dari Jawa Timur 4. Ratu Kalinyamat dari Jawa Tengah 5. KH Abdul Chalim Leuwimunding dari Jawa Barat 6. KH Ahmad Hanafifah Lampung.
Jika saat ini masyarakat Depok ditanya siapakah Pahlawan yang berasal dari kotanya biasanga akan menjawab Margonda, Tole Iskandar, Muchtar. Hanya sedikit yang menyebut KH Usman.
Dikutip dari suaramuhammadiyah.id KH Usman lahir di Depok pada tanggal 6 juni 1918. Ia merupakan anak bungsu dari lima bersaudara dari ayahnya bernama Disan dan ibunya bernama Nebah atau Mak Sadu. Sejak kecil tokoh pendiri Muhammadiyah Depok ini sudah menjadi yatim.
Ketika masyarakat Depok sedang hidup susah, Haji Usman dan beberapa temanya dipercaya untuk mencari beras ke Kerawang. Haji Usman menjadi pemimpin dalam misi ini dan bertanggung jawab sepenuhnya bagi gagal dan berhasilnya tugas ini. Tugas ini merupakan misi berat dan penuh resiko.
Tentara NICA masih berkeliaran dimana mana, sedangkan TKR belum sepenuhnya menguasai keadaan. Berkat kemampuan komunikasi dan pribadinya ysng mulia, masyarakat purwakarta menyambut Haji Usman dg gembira dan membantu untuk mendapatkan beras yang diinginkan sesuai kebutuhan. Bahkan Haji Usman memperuleh beras lebih banyak dibanding uang yang beliau keluarkan.
Haji Usman memang pribadi yang tidak mau diam. Untuk membantu mengatasi problem ekonomi ummat, beliau dirikan koperasi agar masyarakat berdaya.Menyadari bahwa bantuan yang sifatnya pribadi yang beliau lakukan sifatnya terbatas. Maka dengan koperasi diharapkan akan dapat menghimpun dan yang lebih besar dan dapat dikelola dengan baik serta mampu bertahan jangka panjang. Haji Usman sebagai pribadi dan tokoh Muhammadiyah memang dikenal sebagai orang yang pemurah.
Beliau berdakwah lintas kampung. Selain di Kukusan beliau berdakwah di Serengseng (sekarang Beji Timur). Teman teman beliau antara lain: H Jahja Nuih (ayahanda H Idrus Yahya), H AbdulHamid (ayahanda Rusli A.Hamid), Asmit (ayahanda Suwardi Asmit) dan Madalih (ayahanda Syafrudin/Hanumah).
Di Serengseng beliau merintis madrasah (1955) yg sekarang menjadi Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah I Beji Timur). Masjid yang sudah ada dikembangkan (sekarang menjadi Madjid at-Taqwa Beji Timur).Dakwah H. Usman kemudian berkembang ke Bojong (Pondokcina) dan mengaji dari rumah ke rumah.
Ketika mengembangkan dakwah di Serengseng/Bojong, beliau membagi waktunya: empat hari di Kukusan tiga hari di Serengseng. Selama di Serengseng beliau tinggal di rumah salah seorang warga. Ketika ada renovasi madrasah dibuatkan satu kamar untuk tempat tinggal beliau.Demi dakwah beliau rela meninggalkan rumah dan keluarganya di Kukusan, dan tinggal beberapa hari di kamar sempit itu.
Dakwah beliau berlanjut ke Depok Barat. Di Rawadenok beliau diterima oleh H. Awab Usman dan H. M. Syamsudin, dll. Dakwah kemudian berkembang ke Cipayung, Pulo, Parungbingung dan Meruyung.
Muhammadiyah Cabang Depok, awalnya terdiri dari tiga ranting, yaitu: Kukusan, Serengseng fsn Bojong Pondokcina.Kemudian berdiri ranting2: Rawadenok, Cipayung, Pulo, Parungbingung dan Meruyung. Kemudian berdiri ranting Pancoranmas di kota kecamatan Depok.
Ketika dakwah di Depok Barat, Haji Zainal Abidin (putra ke lima Haji Usman)seringkali mengiringi dakwah ayahandanya. Setiap Ramadhan Haji Usman melakukan tourni (dakwah keliling) Ramadhan ke ranting ranting. Kunjungan ke Depok Barat dilakukan dengan dengan sepeda tuanya. Tapi kalau hujan, terpaksa jalan kaki dengan menenteng sandal. Jalannya masih berupa tanah yang licin. Bila tidak waspada dan kurang hati hati bisa terpeleset dan jatuh.
Beliau berkenalan dan berguru dengan tokoh tokoh Muhammadiyah dan tokoh tokoh Masyumi, antara lain: Buya AR Sutan Mansur, KH.Ghazali Syahlan, Moh Natsir, Moh. Roem, dll. Ternyata Haji Usman memiliki guru dan bergaul dengan tokoh tokoh pergerakan dan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia. Tokoh tokoh ini pula yang memotivasi Haji Usman untuk terus berjuang dan berdakwah. Bahkan diantara mereka menyempatkan untuk datang ke Kukusan.
Materi dakwah beliau sederhana dan diungkapkan dengan bahasa yang sederhana pula. Dan yang paling penting adalah apa yg didakwahkan sesuai dg akhlaknya sehari-ari. Inilah energi paling penting yang membuat dakwah Haji Usman akhirnya diterima dan dihormati oleh siapapun termasuk oleh tokoh tokoh diluar Muhammadiyah. Hal ini terbukti karena Haji Usman lah yang merintis lahirnya Majelis Ulama Indonesia Depok dan sekaligus menjadi Ketua Umumnya untuk beberapa kali periode. Menjadi Dai sekaligus ketua Muhammadiyah yang diterima semua kalangan tidaklah mudah.Namun Haji Usman mampu melakukannya karena ilmu dan ahklaqnya yang mulia.
Karena Kegigihan, kesabaran dan keikhlasanya, saat ini PDM Depok Jawa Barat Telah memiliki ribuan kader dan puluhan Amal Usaha Muhammadiyah.
Kiai Haji (KH) Usman, seorang tokoh Muhammadiyah, tidak hanya menonjol sebagai ulama yang berdedikasi tinggi, tetapi juga sebagai pahlawan kemerdekaan yang meninggalkan jejak berharga dalam sejarah Indonesia. Kehidupan dan perjuangannya melibatkan kontribusi besar dalam masyarakat, dakwah, pendidikan, serta perjuangan merebut kemerdekaan bersama dengan rakyat melawan penjajah.
Peran KH Usman dalam merebut kemerdekaan bersama masyarakat menjadi salah satu poin penting yang membuatnya layak mendapatkan gelar pahlawan nasional. Beliau tidak hanya mengabdikan diri pada aspek keagamaan, melainkan turut berperang bersama rakyat untuk memerdekakan Indonesia.
Sebagai tokoh Muhammadiyah, KH Usman memiliki peran besar dalam mengembangkan pendidikan Islam yang berkualitas dan berorientasi pada kemajuan masyarakat di Depok. Usahanya tidak hanya memberikan dampak positif secara lokal, tetapi juga bagi Indonesia secara keseluruhan. Keaktifannya di organisasi Muhammadiyah menjadi cermin dedikasi beliau untuk memajukan pendidikan dan nilai-nilai Islam di tengah masyarakat.
KH Usman tidak hanya terlibat dalam perjuangan fisik melawan penjajah, tetapi juga memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pergerakan nasional menuju kemerdekaan. Keberanian dan kesetiaannya terhadap cita-cita kemerdekaan menjadikan beliau bukan hanya ulama, tetapi juga pejuang yang turut andil dalam pembentukan negara.
Jasa-jasanya di Depok tidak dapat diabaikan. Melalui dakwah dan pendidikan, beliau memberikan fondasi kuat bagi perkembangan masyarakat, membentuk karakter yang berdaya dan berintegritas. Pemberian gelar pahlawan nasional bagi KH Usman adalah bentuk penghormatan atas dedikasi dan jasanya yang luar biasa terhadap Indonesia, mengakui perannya dalam aspek keagamaan, pendidikan, dan perjuangan kemerdekaan. Gelar tersebut menjadi apresiasi bagi kontribusi luar biasa seorang tokoh yang telah berjuang keras demi kemajuan bangsa.
Semoga PP Muhammadiyah, PWM Jawa Barat, PDM Depok serta Pemerintan dalam hal ini Pemkot Depok dan Pemda Jawa Barat dapat berinisiasi dengan mengusulkan KH Usman menjadi Pahlawan Nasional (ARF)*