Organisasi OtonomPersyarikatan

Young Journalist Round Table: Lawan Normalisasi Rokok Lewat Narasi Media

PDMDEPOK.COM – Suasana hangat dan penuh semangat intelektual menyelimuti Young Journalist Round Table Discussion yang digelar di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jakarta, Rabu (30/04/2025).

Diskusi ini mengangkat tema ‘Peran Media dalam Mendukung 100% TAPS Ban’, yang merujuk pada pelarangan total iklan, promosi, dan sponsor rokok (Tobacco Advertising, Promotion and Sponsorship/TAPS).

Acara ini dihadiri para tokoh lintas sektor dan menyoroti urgensi peran media dalam membentuk opini publik, mendorong kebijakan kesehatan, serta melindungi generasi muda dari pengaruh industri rokok yang masif dan sistematis.

Direktur P2PTM Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Siti Nadia Tarmidzi, membuka diskusi dengan paparan tajam mengenai tingginya angka kematian akibat penyakit tidak menular yang berkaitan erat dengan konsumsi rokok.

“Tanpa dukungan media, edukasi tentang bahaya rokok akan kalah oleh masifnya iklan rokok, baik yang tersurat maupun terselubung. Ini bukan hanya isu kesehatan, tetapi juga keadilan sosial bagi anak-anak dan remaja kita,” tegas Siti Nadia.

Siti Nadia juga menegaskan bahwa regulasi pemerintah tidak akan efektif tanpa kesadaran dan dukungan dari pelaku media.

Sementara itu, Lily S. Setyowati dari Vital Strategies, mendorong para jurnalis muda untuk berani menyuarakan kebenaran di tengah kuatnya dominasi iklan rokok, termasuk di platform digital.

“Iklan rokok secara halus memengaruhi anak muda. Media harus tegas—demi generasi yang sehat dan cerdas. Setiap tulisan, setiap narasi, adalah bentuk perlawanan,” ujarnya penuh semangat.

Menurut Lily, pelarangan total TAPS bukan sekadar kebijakan kesehatan, melainkan bentuk perlindungan atas hak hidup sehat masyarakat.

Ditempat yang sama, Staf Khusus Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Ahmad Fanani menegaskan bahwa pemerintah sangat terbuka bekerja sama dengan media, khususnya jurnalis muda, dalam menyebarluaskan pesan perubahan.

“Narasi media yang jujur dan berpihak pada kepentingan rakyat akan memperkuat langkah pemerintah menolak normalisasi rokok. Kita butuh lebih banyak jurnalis yang berpikir kritis dan berpihak pada masa depan bangsa,” jelasnya.

Ahmad Fanani juga menekankan pentingnya membangun kanal komunikasi dua arah antara pemerintah dan komunitas media, agar kebijakan tidak hanya bersifat top-down, tetapi juga tumbuh dari akar masyarakat.

Diakhir, Ketua PP Ikatan Jurnalis Indonesia, Khafidlul Ulum, menegaskan bahwa peran jurnalis hari ini melampaui sekadar peliputan. Jurnalis adalah pendidik dan penjaga nilai-nilai kebenaran.

“Jurnalis bukan sekadar peliput. Kita adalah pendidik publik. Suara kita bisa menyelamatkan generasi. Dalam isu seperti TAPS Ban ini, jurnalis harus berdiri di pihak yang benar,” ungkapnya.

Ulum juga mengajak jurnalis muda untuk mulai menyusun narasi yang mengangkat suara korban industri rokok, serta menentang normalisasi iklan yang kerap tersembunyi dalam bentuk sponsorship kegiatan anak muda.

Dengan semangat #GaulTanpaNgebul dan #HentikanAsapMu, acara ini menjadi titik awal sinergi yang lebih kuat antara media, pemerintah, dan masyarakat sipil untuk membangun Indonesia yang lebih sehat dan berdaya.

Related Articles

Back to top button