Keikhlasan Pemimpin Muhammadiyah Hingga Ajal Menjemput
PDM DEPOK- Oleh Muhsin MK
KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, benar-benar memberikan contoh dan suri teladan tentang keikhlasan dalam berjuang, berdakwah, dan beramal saleh. Keikhlasan beliau tunjukkan dari pengorbanan dan kesungguhannya dalam menggerakkan dan menyebarluaskan paham Muhammadiyah hingga tumbuh dan berkembang di seluruh Indonesia.
Antara pengorbanan dan keikhlasan itu tidak dapat dipisahkan, ibarat garam dengan rasa asinnya. Tidaklah mungkin garam dipisahkan dengan rasa asin, berkorban tanpa ikhlas (Al Hajj: 37). Itulah yang menjadikan KH. Ahmad Dahlan berusaha menggerakkan Muhammadiyah dan menyebarkan faham pembaharuan Islam ke seluruh penjuru Tanah Air.
Pengorbanan KH. Ahmad Dahlan telah ditunjuk kan dengan mengeluarkan uang dan harta bendanya untuk menghidupkan hidupkan Muhammadiyah dan amal usaha yang didirikan nya. Keikhlasan ini ditanamkan kepada murid muridnya yang mengikuti pengajiannya.
Karena itu, mereka pun meneladani gurunya dengan baik. Mereka inilah yang kemudian melanjutkan perjuangan dan dakwah Muhammadiyah dengan penuh semangat dan keikhlasan sehingga tumbuh dan berkembang di berbagai daerah dengan baik.
Kesungguhan dan keikhlasan juga tidak dapat dipisahkan (Al Ankabut: 69), ibarat ikan dan air. Ikan tidak dapat bergerak bebas dan berusaha sungguh-sungguh mencari makan jika tidak ada air tempat hidup dan kehidupannya. Sebaliknya air (di laut atau di lain tempat)-pun akan sepi dan kehilangan dinamika dan kehidupan hewani dalam menjaga eco sistem tanpa ada ikan dan makhluk hidup lainnya..
Saat merintis dan menggerakkan Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan tiada melihat waktu, siang malam, dan tak mengenal lelah. Beliau terus saja bergerak dan menggerakkan persyarikatan dan amal usahanya dengan penuh pengorbanan dan kesungguhan. Hidupnya bagaikan garam dan ikan di laut yang dapat memberikan nilai dan manfaat yang besar kepada manusia dan makhluk lainnya di muka bumi yang membutuhkannya.
Pendiri Muhammadiyah itu dengan penuh pengorbanan dan kesungguhan, terus saja beraktivitas, berjuang dan berdakwah karena Allah semata. Beliau bersama murid muridnya telah berhasil menggerakkan persyarikatan dalam masyarakat.
Muhammadiyah pun tumbuh dan berkembang dengan baik dan membawa maslahat, termasuk dalam menggerakkan amal Usahanya. Madrasah Mualimin Muhammadiyah di Yogyakarta yang bertahan hingga saat ini menjadi legacy autentik pengorbanan dan kesungguhan beliau bersama murid muridnya.
Bukan hanya pada zaman dan masa hidup KH Ahmad Dahlan saja paham Muhammadiyah diterima oleh masyarakat Indonesia, melainkan juga hingga dewasa ini. Bahkan paham persyarikatan dan amal usahanya semakin pesat. Selain itu sudah berdiri dan diterima di lingkungan masyarakat dunia.
Dalam menumbuhkan keikhlasan kepada jamaah Muhammadiyah, selain memberikan contoh dan suri teladan, Ahmad Dahlan juga melakukannya melalui dakwah otentik. Diantaranya lewat pengajian pengajian yang langsung diasuh dan dibinanya. Setelah beliau wafat, lalu penanaman keikhlasan melalui dakwah pengajian pengajian, dilanjutkan oleh murid murid setianya.
Melalui proses aktivitas dakwah dan pengajian ini para pengikut dan jamaah Muhammadiyah pun tertanam keikhlasannya. Sehingga pada saat mereka terlibat dan terpilih menjadi pimpinan Muhammadiyah di semua tingkatan, merekapun tidak diragukan lagi keikhlasannya.
Pesan KH Ahmad Dahlan agar menghidup hidupkan Muhammadiyah dan tidak mencari kehidupan di Muhammadiyah, otomatis benar benar telah menjadi darah dagingnya.
Tidak jarang, dalam menjaga keikhlasan dalam menggerakkan dan memimpin Muhammadiyah, mereka memiliki usaha dan pekerjaan di luar Persyarikatan. Ada yang mengikuti jejak KH Ahmad Dahlan sebagai saudagar dan pengusaha. Ada pula yang bekerja di berbagai bidang di luar lembaga Muhammadiyah.
Namun dalam perkembangannya dewasa ini, tidak jarang pimpinan Muhammadiyah yang bekerja di lingkungan amal usaha organisasi tersebut. Hal ini menjadi batu ujian untuk diri mereka tentang bagaimana mempertahankan keikhlasan dirinya sebagai anggota Persyarikatan dalam mengaktualisasikan pesan KH Ahmad Dahlan.
Memang tidak mudah mengukur keikhlasan seseorang karena berkaitan dengan qalbu atau hati. Namun sepanjang mereka menggerakkan Muhammadiyah dengan penuh pengorbanan dan kesungguhan, ini sudah menjadi ukuran tentang keikhlasan mereka dalam berjuang dan berdakwah di Persyarikatan.
Namun, harus diakui, bagi para pimpinan Muhammadiyah yang berkecimpung di dalam lingkungan amal usaha, belum tentu mendapat imbalan yang layak. Tanpa mereka mengeluh dan menuntut imbalan lebih besar sudah menjadi bukti, bahwa mereka bekerja di amal usaha bukan mencari penghidupan. Apalagi mereka lakukan dengan sepenuh hati tanpa mengeluh, kecuali hanya pada Allah saja.
Namun demikian, jika pimpinan yang mengabdikan diri di amal usaha Muhammadiyah mendapatkan imbalan yang cukup besar, maka tidak berarti akan menghilangkan keikhlasan mereka dalam berjuang dan berdakwah di Persyarikatan. Bisa saja, semakin besar imbalan yang mereka dapatkan, justru dapat meningkatkan semangat dan memperkuat keikhlasan mereka. Sebab mereka sudah tidak dibebani lagi dengan urusan dunia dan kehidupan keluarganya.
Sebagaimana yang dialami oleh ulama dan imam imam tetap Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Mereka lebih fokus dan serius di dalam melaksanakan tugasnya dengan khusyuk, tanpa dipengaruhi lagi dengan urusan dunia dan kehidupan keluarganya yang mengganggu keikhlasannya.
Namun demikian, pimpinan Muhammadiyah yang aktif dalam amal usaha organisasi, hendaklah tetap mengutamakan perjuangan dan dakwah daripada kepentingan pribadi dan keluarganya. Mereka harus tetap “Hidup-hidupilah Muhammadiyah”, walau masih “mencari penghidupan dalam Muhammadiyah”.
Atau juga walaupun mereka, “Mencari penghidupan di Muhammadiyah”, namun itu dilakukan adalah dalam rangka “Menghidup hidupkan Muhammadiyah”. Tujuannya agar lebih unggul, berkembang dan berkemajuan, apalagi daripada dikelola oleh orang lain yang bukan kader persyarikatan.
Meskipun demikian, mereka tetap diharapkan agar menjaga keikhlasan dalam melaksanakan perjuangan dan dakwah Muhammadiyah. Mereka juga diharapkan memberikan contoh dan suri teladan tentang pengorbanan dan kesungguhannya dalam memajukan dan meningkatkan keberadaan amal usaha Muhammadiyah tersebut.
Bahkan akan semakin teruji keikhlasan mereka dalam ber-Muhammadiyah pada saat tidak lagi bekerja dan mencari penghidupan, baik di lingkungan amal usaha Muhammadiyah, atau dari pekerjaan lain. Apalagi saat itu mereka masih tetap aktif dalam memimpin, berjuang dan berdakwah dengan penuh semangat dalam persyarikatan.
Ternyata diantara para pemimpin Muhammadiyah telah melakukan semua itu hingga azal datang menjemput, seperti yang dilakukan oleh para pendahulu. Diantaranya, KH. Ahmad Dahlan, HAR Fachruddin, KH. Ahmad Azhar Bashir MA, Prof. Dr. Malik Fadjar dan sebagainya. Wallahu ‘alam.