FeaturedMajelis dan Lembaga

Fahmi Salim, Lc. MA.: Mubaligh Muhammadiyah Depok Harus Mampu Menjawab Tantangan Dakwah Global

PDM DEPOK – Saat acara Wisuda Peserta Pendidikan Kader Mubaligh Muhammadiyah Kota Depok di Aula Masjid Al Kohinoor Pondokcina, Ust. Fahmi Salim, LC., MA mengulas tantangan dakwah Islam tingkat global. Tantangan yang paling krusial adalah isu Islamophobia.

Gelombang Islamophobia ini marak di negara-negara Eropa dengan aksi-aksi pembakaran Al-Qur’an, memunculkan karikatur Nabi Muhammad SAW, dan berbagai serangan anti Islam. Belakangan, gelombang Islamophobia menguat di India.

Pada 15 Maret 2009, terjadi peristiwa serangan teroris Islamophobic kepada jamaah salat Jumat masjid Al-Noor di Christchurch, New Zealand dan menewaskan 51 orang. Atas peristiwa ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) baru-baru ini menetapkan tanggal 15 Maret sebagai “The International Day to Combat Islamophobia” atau Hari Internasional Melawan Islamophobia.

Akan tetapi, menurut ulama muda Muhammadiyah yang sangat produktif menulis ini, Islamophobia sekaligus menjadi peluang dakwah. Kesimpulan beliau diperkuat dengan data penelitian terakhir bahwa Islam menjadi satu-satunya agama yang paling pesat perkembangannya di Eropa dan Amerika saat ini. Boleh jadi, reaksi masyarakat Eropa dan Amerika atas aksi-aksi Islamphobia malah mendorong mereka mencari tahu tentang Islam lalu mendapatkan hidayah. Peluang dakwah menjadi terbuka. 

Islam di Eropa dan Amerika makin menggeliat. Maka tidak heran, saat ini, di Wina, Austria dan Roma, wilayah yang berbatasan dengan negara kecil Vatikan saja sudah berdiri Islamic Center. Islamic Center tersebut didirikan atas sumbangan Raja Faisal, Saudi Arabia. Tentu, lembaga ini bukan hanya ada di Wina dan Roma saat ini, melainkan sudah hadir pula di negara-negara Amerika dan Eropa yang lain. Hal ini menunjukkan respon positif atas fenomena Islamophobia dengan cara elegan.

Tantangan kedua menurut Ketua Bidang Tabligh Global dan Kerja Sama, Majelis Tabligh PP. Muhammadiyah yang khusus diundang menjadi pembicara pencerah ini, Indonesia menghadapi bonus demografi di mana hampir 54% penduduknya adalah Generasi Milenial (lahir tahun 1981-1996) dan Generasi Z (lahir pada tahun 1997-2012). Fakta ini didukung hasil riset di mana 75% orang Indonesia mengakses media digital 75% dengan rata-rata mengakses internet sepanjang 7,5 jam sehari.

Generasi Z dan Generasi Milenial punya karakter berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka sangat akrab dengan dunia digital, internet, dan cenderung menyukai hal-hal yang simpel. Maka, konten-konten dakwah yang bisa menembus generasi ini sangat diperlukan. Kondisi ini perlu dijawab dengan menghadirkan para mubaligh yang terampil mengemas konten-konten dakwah digital yang simpel, menarik, dan tentu harus sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah.

Generasi Z dan Generasi Milenial juga cenderung tidak menyukai berita hoax dan konten dakwah yang mengarah pada politik praktis. Dengan tingkat pendidikan yang lebih baik, generasi Z dan Generasi Milenial lebih menyukai tema-tema dakwah yang paralel dengan isu-isu lingkungan hidup, toleransi, dan problem-problem sosial.

Tantangan ini harus dijawab oleh para mubaligh Muhammadiyah dengan meningkatkan kapasitas, keilmuan, punya daya literasi yang bagus, dan tidak berhenti membaca. Tentu para mubaligh Muhammadiyah mengemban misi dakwah santun, berkeadaban, rahmatan lil alamin, serta berkemajuan yang ditunjukkan dengan kepiawaian memanfaatkan media dan platform dakwah digital hari ini.  

Muhammadiyah yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai wasathiyah, para mubalighnya tentu tidak akan terjebak pada sikap ekstrem, baik ekstrem kanan atau ekstrem kiri, serta tidak memecah belah umat. Mubaligh Muhammadiyah selalu berusaha tegak lurus dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, seperti pesan KH. Fahmi Salim.

Poin terakhir ceramah pencerahan dari Founder Al-Fahmu Institute ini berupa nasihat agar semua komponen dakwah mewaspadai tipu daya dan makar kaum munafik. Sudah banyak contoh kerusakan yang ditimbulkan karena ulah kelompok ini. Terpecah belahnya sebuah bangsa menjadi contoh konkret di setiap sejarah manusia

*Abdul, Divisi Media dan Jurnalistik Korps Mubaligh Muhammadiyah Kota Depok

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button