Esai/Opini

Refleksi Tahun Baru Hijriah 1446 H: Hijrah Menuju Perubahan Bangsa

“Dengan meneladani semangat hijrah, kita dapat membangun kekuatan kolektif untuk memperjuangkan keadilan sosial, mengentaskan kemiskinan dan menjaga kelestarian lingkungan, sehingga Indonesia dapat menjadi negara yang lebih adil, makmur dan sejahtera bagi semua warganya”.

PDMDEPOK.COM – Tahun Baru Hijrah, yang menandai dimulainya kalender Islam dengan hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah, adalah momen penting bagi umat Muslim di seluruh dunia. Tahun ini, Tahun Baru Hijrah 1446 H memiliki makna khusus di tengah berbagai dinamika sosial dan politik yang terjadi di berbagai negara. Perayaan Tahun Baru Hijrah di berbagai daerah bahkan berbagai negara Muslim memperkuat identitas dan kesadaran budaya. Momen ini sering digunakan untuk mengingatkan kembali sejarah penting Islam dan nilai-nilai yang terkandung dalam hijrah Nabi Muhammad SAW.

Perspektif Sejarah

Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, perluasan wilayah kekuasaan berjalan nyaris tanpa jeda. Meskipun ada beberapa penaklukan yang berlangsung damai, tapi sebagian besar penaklukan wilayah juga berarti perang. Selama dua tahun lebih berkuasa, diriwayatkan bahwa Umar bin Khattab menerima banyak korespondensi. Disebutkan, setiap kali menerima surat, seringkali pengirimnya memberikan catatan pendahuluan yang terkesan “mengejek”: “Saya telah menerima surat dari Anda yang tidak ada angka tanggal dan tanpa tahun.” Faktor surat yang tak bertanggal dan tanpa tahun inilah, yang kemudian memicu Umar bin Khattab untuk menginisiasi penetapan kalender dalam Islam.

Beberapa riwayat menyebutkan bahwa ada sahabat yang mengusulkan penanggalan baru dimulai dari peristiwa ketika Rasulullah SAW menerima wahyu pertama pada usia 40 tahun, yang jatuh pada tahun 13 Sebelum Hijriyah (SH) atau sekitar tahun 609 Masehi. Usulan lain adalah agar kalender baru dimulai dari tahun kelahiran Rasulullah SAW, yang berarti kembali ke tahun 53 SH atau sekitar tahun 571 Masehi, yang dikenal sebagai Tahun Gajah. Setelah berdiskusi dengan beberapa sahabat senior Nabi, Umar bin Khattab akhirnya memutuskan, atas usulan Ali bin Abu Thalib, untuk menetapkan penanggalan baru berdasarkan peristiwa Hijrah Rasulullah SAW dari Mekkah ke Madinah. Oleh karena itu, kalender baru ini disebut Tahun Hijriah.

Menggali Makna Hijrah

Hijrah pada tahun 622 Masehi menandai titik balik dalam sejarah Islam. Perpindahan Rasulullah SAW dan para sahabatnya dari Mekkah yang penuh tekanan menuju Madinah yang lebih bersahabat adalah simbol keberanian untuk meninggalkan zona nyaman demi mencapai tujuan yang lebih besar. Hijrah mengajarkan kita tentang pentingnya tekad, kesabaran, dan pengorbanan dalam menghadapi tantangan hidup. Ini adalah pelajaran berharga bagi kita saat menghadapi situasi sulit dalam kehidupan pribadi maupun kolektif. Hijrah juga mengajarkan kita tentang pentingnya membangun komunitas yang kuat dan inklusif. Di Madinah, Rasulullah SAW mempersatukan berbagai suku dan kelompok yang sebelumnya sering berselisih. Beliau membentuk Piagam Madinah, sebuah dokumen yang menjamin hak-hak dan kewajiban semua warga, tanpa memandang latar belakang agama atau etnis. Ini adalah contoh nyata bagaimana inklusivitas dan keadilan dapat menciptakan masyarakat yang harmonis dan damai. Dalam konteks masa kini, kita dapat belajar dari ini untuk mengatasi perpecahan dan membangun komunitas yang saling menghormati dan bekerja sama. Tahun Baru Hijriah mengingatkan kita akan pentingnya perubahan yang positif dan berkelanjutan.

Dalam dunia yang terus berubah dengan cepat, kita perlu terus beradaptasi dan mencari cara untuk memperbaiki diri. Semangat hijrah mendorong kita untuk melakukan introspeksi, memperbaiki kelemahan, dan terus berusaha mencapai kebaikan. Dalam konteks global yang penuh tantangan seperti perubahan iklim, ketidaksetaraan sosial, dan konflik, nilai-nilai hijrah dapat menjadi panduan untuk bertindak dengan bijak dan berani.

Dengan merefleksikan makna hijrah pada peringatan Tahun Baru Hijriah 1446 H, kita diingatkan bahwa setiap perubahan besar dimulai dari langkah kecil. Seperti Rasulullah SAW yang memulai hijrah dengan sekelompok kecil sahabatnya, kitapun dapat memulai perubahan positif dari diri sendiri dan lingkungan sekitar. Mari kita jadikan momentum ini sebagai titik awal untuk memperbaiki hubungan sosial, memperkuat solidaritas, dan berkomitmen pada nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan.

Inspirasi Perubahan

Hijrah mengajarkan kita untuk berani keluar dari zona nyaman dan menghadapi tantangan dengan penuh keyakinan. Bagi bangsa Indonesia, hijrah bisa menjadi inspirasi untuk melakukan perubahan positif dalam berbagai aspek kehidupan. Tantangan yang dihadapi, baik itu dalam bentuk ketidakadilan sosial, kemiskinan, atau masalah lingkungan, dapat diatasi dengan semangat hijrah yang mengedepankan keberanian, tekad, dan kerja sama. Dengan meneladani semangat hijrah, kita dapat membangun kekuatan kolektif untuk memperjuangkan keadilan sosial, mengentaskan kemiskinan, dan menjaga kelestarian lingkungan, sehingga Indonesia dapat menjadi negara yang lebih adil, makmur, dan sejahtera bagi semua warganya.

Dengan menjadikan hijrah sebagai landasan dalam menghadapi tantangan, bangsa Indonesia dapat mengimplementasikan nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan kepedulian sosial dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan ini dapat dimulai dari tingkat individu, keluarga, hingga komunitas, dengan menekankan pentingnya pendidikan karakter, pemberdayaan ekonomi, dan penghormatan terhadap lingkungan. Kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah juga sangat krusial dalam mewujudkan perubahan yang lebih besar dan berkelanjutan. Semangat hijrah mengajarkan kita bahwa setiap langkah kecil yang diambil dengan niat yang tulus dan usaha yang konsisten dapat menghasilkan transformasi yang signifikan, membawa kita lebih dekat menuju cita-cita Indonesia yang lebih baik dan bermartabat.

Sebagai penutup mari kita sama-sama berdoa agar selalu mendapatkan kebaikan, keberkahan dan pertolongan Alloh SWT  :

“Allahumma antal abadiyyul qadiimul awwal. Wa’alaa fadhlikal azhimi wujuudikalmu awwal. Wa haadzaa aamun jadiidun qad aqbal. Nas alukal ishmata fiihi minasysyaithaani wa auliyaaihii wa junuudihii. Wal auna alaa haadzhihin nafsil ammarati bissuui. Wal isytighaala bimaa yuqorribuni ilaika zulfa. Yaa dzaljalaali wal ikraam. Wa shallallaahu alaa sayyidina Muhammadin wa alaa aalihi wa shahbihii wasallam.”

Artinya :

“Ya Allah Engkaulah yang abadi, dahulu, lagi awal. Dan hanya kepada anugerahMu yang Agung dan KedermawananMu perlindungan dalam tahun ini dari godaan setan, kekasih-kekasihnya dan bala tentaranya. Dan kami memohon pertolongan untuk mengalahkan hawa nafsu amarah yang mengajak pada kejahatan, agar kami sibuk melakukan amal yang dapat mendekatkan diri kami kepadaMu wahai Dzat yang memiliki Keagungan dan kemuliaan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, dan ke para keluarga dan sahabatnya.” Wallohu’alam bishowab.

Selamat Tahun Baru Islam 1446 H / 2024 M.

 

Penulis : Dr. H. Heri Solehudin Atmawidjaja (Pemerhati sosial politik dan Dosen Pascasarjana Uhamka Jakarta, Wakil Ketua Forum Doktor Sosial Politik Universitas Indonesia, Wakil Ketua PDM Kota Depok).

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button