Esai/Opini

Masjid Nabawi yang Teratur, Masjidil Haram yang Terus Membangun

PDM DEPOK – Oleh: H. Ali Wartadinata

Masjid Nabawi yang Teratur

Dua masjid yang mulia (al-Haramain) menjadi tempat utama jamaah haji dan umrah selama di Makkah dan Madinah. Dua masjid ini pastinya akan mengalahkan tempat tempat lain yang viral dikunjungi jamaah semisal Thaif, atau Jabal magnet, setiap hari. Bahkan, setiap waktu shalat fardhu yang lima kali sehari, setiap jamaah selalu berusaha shalat di dua masjid ini. Sering kali jamaah ngendon di masjid antara Ashar, Maghrib, sampai shalat Isya. Artinya, jamaah berangkat dari hotel ke masjid sebelum Ashar dan kembali ke hotel lagi setelah shalat Isya.

Dua masjid ini memiliki luas yang sangat luar biasa jika dibandingkan dengan masjid masjid di kota kita. Bahkan, Masjid Kubah Emas yang menurut sebagian orang masjid terbesar di Depok masih sangat jauh luasnya dibandingkan Masjid Nabawi dan Masjidil Haram.

Saat hadir di masjid-masjid ini, jamaah biasanya tak ingin diam di satu tempat. Jamaah pasti ingin mengetahui bagian-bagian lain masjid agar pengetahuan dan jelajah masjid menjadi lebih lengkap.

Di masjid Nabawi, kita bisa memilih di bagian mana kita shalat. Jika ingin di lokasi masjid di zaman Rasulullah, yang ditandai dengan tiang-tiang  di bagian atas tertulis Haddu Masjid an-Nabi SAW yang memiliki arti “batas masjid di zaman Nabi Muhammad SAW”, maka harus masuk lewat pintu Abu Bakar ash-Shidiq lebih getap dibandingkan tempat tempat lain. Atau, di bagian Ma’had Masjid Nabawi yang bisa diartikan Pondok Pesantren Masjid Nabawi karena di bagian masjid ini ada beberapa halaqah Al-Qur’an dan Sunnah.

Kajian yang disampaikan oleh para masyayikh, yang terletak di pintu 8, bagian masjid ini sangat menarik bagi para pencinta ilmu karena bisa mendengarkan pelajaran-pelajaran agama dalam bahasa Arab. Dari sekian banyak tempat, banyak jamaah yang juga mengambil bagian pelataran masjid sebagai tempat shalatnya di bawah payung-payung raksasa yang menjadi ikon Masjid Nabawi.

Dari sekian banyak tempat yang ada, shalat dan berdoa di bagian Raudhah adalah impian setiap jamaah yang mendatangi Masjid Nabawi. “Raudhah adalah Ma Baina Mimbari Wa Hujrati, Raudhah min Riyadhil Jannah di antara mimbarku dan kamarku, adalah taman dari taman taman surga,” begitu Pesan Nabi dalam sebuah hadisnya. Maka, tak jarang orang akan berlari, berebut, untuk bisa bersimpuh di Raudhah karena keutamaannya.

Sekarang dengan sistem baru yang dijalankan oleh “DKM Masjid Nabawi”, setiap yang ingin ke Raudhah, harus mendaftarkan diri melalui travel di website khusus. Untuk didistribusikan waktu kunjungan dan berapa jumlah yang masuk. Bagi yang tidak mendaftar, tidak mendapat tasrekh, tak dapat pula masuk ke Raudhah. Dengan sistem ini, check point pertama di dekat makam Baqi, masuk berbaris setiap kelompok. Check point kedua, pengecekan tasrekh, jumlah anggota grup, dan validasi secara elektronik.

Jika tak punya tasrekh atau tak sesuai waktunya, Assyurthah akan mengeluarkan kita dari barisan dan “mengusir” dari tempat menuju Raudhah. Setelah itu, jamaah akan menempati tempat tempat di samping bagian luar makam Rasulullah, duduk mengunggu giliran untuk masuk ke dalam Raudhah. Saat waktu tiba, berlombalah para jamaah menuju Raudhah, melalui pintu An-nisa agar bisa sampai di bagian depan pas antara mimbar dan rumah Rasulullah. Ada kebahagiaan dan keharuan tersendiri saat bisa berada di Raudhah.

Jika beruntung, kita mendapatkan waktu shalat di Raudhah, melihat ke mizanen tempat muazin mengumandangkan azan, dan di mihrab melihat imam memimpin shalat. Saat waktu selesai, jamaah yang di Raudhah akan diminta untuk meninggalkan Raudhah, melalui depan makam Rasulullah dan Abu Bakar serta Umar untuk kemudian keluar melalui pintu Baqi.

Dengan sistem seperti ini, jamaah akan hanya sekali mengunjungi Raudhah dan bagi yang travelnya tidak mendaftarkan jamaahnya, bisa dipastikan tidak bisa menikmati suasana Raudhah yang sangat luar biasa. Sistem ini menjadikan jamaah lebih tertib ketika ke Raudhah dan saat berziarah ke makam Rasulullah.

Masjidil Haram yang Terus Membangun

Jika di masjid Nabawi pembangunan perluasan masjid hanya ada di sisi sebelah kiri belakang masjid, pembangunan Masjidil Haram sangat beragam dan tak henti-henti membangun. Program perluasan masjid yang pada 201 hanya di bagian sekitaran Mahbas Jin, di tahun ini makin meluas pembangunan, ekstensi perluasan, pelebaran mathaf, sangat terlihat jelas.

Jadi, jika ada jamaah haji dan umrah 2 atau 3 tahun lalu berumrah atau berhaji dan kemudian berumrah kembali, pasti akan takjub dengan perluasannya. Saat pertama-tama datang akan keder ke mana mesti berjalan. Demikian pula di sekiaran masjid, sudah banyak sekali perkembangan dan perluasannya. Sampai-sampai mendapat hilangnya satu hotel yang dulu pernah ditempati saat berumrah beberapa tahun lalu.

Pembangunan perluasan Masjidil Haram menyasar fasilitas fasilitas baru bagi jamaah agar terus terlayani dengan baik. Mengingat jumlah jamaah umrah setiap bulan dan tahunnya semakin meningkat, jumlah jamaah umrah sepanjang tahun tak ada waktu sepi dan ramai, selalu ramai.

Sistem dan pembangunan yang terstruktur dan terintegrasi merupakan dua hal yang penting dalam melayani jamaah yang semakin banyak. Visi-visi kemajuan ditandai dengan perencanaan dan eksekusi yang tepat dan cepat.

Catatan ringan jelang waktu Dzuhur, 2 November 2023.

*Ketua PDM Kota Depok

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button