Persyarikatan

Dadang Kahmad Berpesan Junjung Tinggi Budaya Literasi

PDM DEPOK, SURAKARTA – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dadang Kahmad meyakini warga suatu negara dengan tradisi membaca yang kuat selalu melahirkan kemajuan. Ia percaya tak ada peradaban modern tanpa literasi, salah satunya budaya membaca. Dadang menyampaikan hal itu dalam acara Festival Pers dan Literasi Muhammadiyah 2024 di Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sabtu, 24 Agustus 2024.

Satu waktu, dia menceritakan, dia berangkat dari Bandung menuju Yogyakarta Menggunakan kereta. Dia menjumpai sekumpulan pelancong yang juga menumpang di kereta yang sama. Uniknya, para pelancong itu menenteng buku dan membaca sepanjang perjalanan.

“Saya kemarin menjelang Konsolidasi Nasional PP Muhammadiyah, naik kereta dari Bandung, kebetulan gerbong saya itu penuh dengan orang barat, saya tidak tahu dari mana. Apa yang mereka lakukan dalam perjalanan, membaca buku, dari mulai anak-anak sampai dewasa,” ujar Dadang.

Ia lalu berseloroh soal kebiasaan warga Indonesia yang berkebalikan. Dia mengungkapkan, kebiasaan membaca generasi Indonesia, termasuk mayoritas Muslim mengalami penurunan ke tingkat yang sangat parah. Indikasinya, kata dia, kebiasaan berlama-lama dengan gawai masing-masing.

“Mereka negara-negara yang sekarang ini makmur dan bahagia hidupnya, bukan negara-negara timur, tapi negara-negara barat. Skandinavia, Swedia, Finlandia, Luxemburg, semuanya negara makmur, kaya dan hebat-hebat. Selandia Baru dan tetangga kita, Singapura itu rakyatnya semua tradisinya membaca. Kayak kisah tadi, di kereta membaca. Datanya dari pak rektor itu, satu per seribu, dari seribu orang, hanya satu yang senang membaca,” ujar Dadang.

Padahal, kata dia, Al-Qur’an telah membeberkan pentingnya membaca sebagai modal utama dalam menjalankan tugas di bumi. Salah satunya, ia menyitir surat Al-Baqarah ayat 31 yang menceritakan kisah Adam menguasai ilmu pengetahuan sebelum diturunkan ke bumi.

Selain membaca, Dadang juga menekankan pentingnya bahan bacaan yang berkualitas, termasuk bacaan atau informasi yang bebas kebohongan. Dia menekankan itu secara khusus kepada para wartawan atau pers dan juga penerbit.

“Saya baca di Al-Qur’an ada kode etik pers, jurnalistik, informasi, yaitu surat An-Nur ayat 11 sampai 21. Ayat 11 menekankan agar tidak memproduksi berita bohong karena dosa besar,” ujar dia.

Sementara ayat selanjutnya, membahas tentang sikap yang seharusnya dilakukan saat menerima informasi yang tidak tepat. “Jangan langsung percaya, cek kembali, mungkin langsung ke penerbitnya. Sebab siapa yang menyebarkan berita yang tidak jelas maka dosanya besar sekali. Mungkin menurut kamu ringan hanya karena reposting, tapi bagi Allah itu besar,” ucap Dadang.

Untuk menyikapi hal demikian, Dadang menitip pesan agar warga Persyarikatan menjunjung tinggi nilai-nilai dalam Al-Qur’an, khususnya budaya literasi. “Karena kita umat muslim menjunjung tinggi Al-Qur’an dan Sunnah mestilah melek literasi,” ujarnya.

Sumber: Khittah.co

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button