Esai/OpiniPersyarikatan

Indahnya Ta’awun dan Fastabiqul Khairat

PDM DEPOK – Oleh: Muhammad Raihan Febriansyah*

Ahad keempat, mendekati akhir November 2023, sebagai Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Sukmajaya, hati dan pikiran saya cukup risau memikirkan penyelesaian urusan sertifikat tanah Perguruan Muhammadiyah Cisalak, Sukmajaya yang sejak dua tahun lalu diurus.

Pasalnya, hari terakhir bulan November 2023 menjadi batas tenggat waktu pembayaran Setoran Pajak Daerah BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) kepada Pemerintah Kota Depok atas tanah Perguruan Muhammadiyah Cisalak yang berdiri Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama di atasnya.

Hingga 3 hari menjelang batas waktu pembayaran, PCM Sukmajaya hanya memiliki dana kurang lebih 20 juta rupiah. Masih jauh dari dana yang dibutuhkan. Awalnya, tagihan BPHTB yang harus dibayarkan sebesar 105 juta. Namun, setelah menghadap dan meminta keringanan, maka muncul tagihan baru sebesar 70 juta sekian. Dengan ketersediaan dana hanya 20 juta, artinya masih kurang sekitar 50 juta rupiah untuk melunasi tagihan tersebut.

Akhirnya, PCM Sukmajaya mengumumkan terbuka dan membuka infaq atau donasi dari mereka yang berkenan berkontribusi membantu penyelesaian urusan tanah tersebut. Luar biasa! Hanya dalam tempo kurang dari 48 jam, terkumpul dana lebih dari 78 juta rupiah (termasuk kas PCM Sukmajaya), dan tagihan BPHTB dapat dilunasi. Sebuah semangat ta’awun yang luar biasa ditunjukkan oleh tidak hanya pimpinan Muhammadiyah di lingkungan Sukmajaya, tetapi warga Muhammadiyah maupun para tokoh dan simpatisan di luar Muhammadiyah pun tidak ingin melewatkan kesempatan berkontribusi.

Bersatu dalam Ta’awun

Ta’awun dalam bahasa arab atau gotong royong dalam bahasa Indonesia memang menjadi ciri khas rakyat Indonesia sejak dulu. Apalagi ta’awun memang diperintahkan oleh Allah SWT. Dalam firman Allah di surat Al-Maidah ayat 2, disebutkan:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُحِلُّوا۟ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ وَلَا ٱلشَّهْرَ ٱلْحَرَامَ وَلَا ٱلْهَدْىَ وَلَا ٱلْقَلَٰٓئِدَ وَلَآ ءَآمِّينَ ٱلْبَيْتَ ٱلْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّن رَّبِّهِمْ وَرِضْوَٰنًا ۚ وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَٱصْطَادُوا۟ ۚ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ أَن صَدُّوكُمْ عَنِ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ أَن تَعْتَدُوا۟ ۘ وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ

Di akhir ayat tersebut, difirmankan “Wa Ta’aawanuu ‘Alal-Birri wat-Taqwaa. Wa Laa Ta’aawanuu ‘Alal-‘Itsmi Wal-‘Udwaani. Wat-Taqullaaha. Inna Allaha Syadiidul ‘Iqaab”. Artinya: Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan ketakwaan. Dan janganlah tolong-menolong dalam (berbuat) dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”

Kita memang diperintahkan Allah SWT untuk saling tolong menolong. Melihat pekerjaan rumah di Muhammadiyah Sukmajaya yang cukup banyak, khususnya terkait legalitas aset (baik yang berasal dari wakaf maupun jual beli), namun dengan semangat ta’awun dari setiap pimpinan dan umumnya warga persyarikatan di Sukmajaya, insya Allah setiap tantangan akan dapat diselesaikan tuntas.

Semangat Ta’awun perlu dirawat karena itu merupakan semangat Al-Ma’un yang menjadi salah satu karakter utama yang diajarkan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan saat merintis Muhammadiyah 111 tahun lalu. Ta’awun merupakan bentuk nyata kerja kolektif para pimpinan maupun warga Muhammadiyah.

Semangat Fastabiqul Khairat

Satu semangat lain, selain ta’awun yang dapat diambil hikmahnya adalah semangat untuk ber-Fastabiqul Khairat, semangat untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Setiap ranting dan amal usaha berlomba menyampaikan infaq terbaiknya. Seperti tidak mau kalah satu sama lain. Alhamdulillah, berlomba dalam kebaikan memang harus dibudayakan.

Fastabiqul Khairaat. Kalimat yang sering terucap dalam setiap kesempatan, terlebih para kader Hizbul Wathan (HW), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), maupun Pemuda Muhammadiyah (PM). “Billaahi fii sabiilil haq. Fastabiqul khairaat”, menjadi salah satu penutup pidato khas kader Muhammadiyah.

Sama seperti ta’awun, fastabiqul khairaat adalah perintah Allah melalui surat Al-Baqarah ayat 148 yang berbunyi:

وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا۟ يَأْتِ بِكُمُ ٱللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

Artinya: “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap ke arahnya. Maka, berlomba-lombalah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan. Dimana saja kamu berada, Allah pasti akan mengumpulkan kamu semuanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Semangat ta’awun dan fastabiqul khairat ini sejatinya dua penopang gerakan Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Selama 111 tahun berdiri dan mengabdi pada negeri, Muhammadiyah bertahan karena semangat ta’awun dan fastabiqul khairat yang diturunkan generasi ke generasi. Tanpa semangat gotong royong dan keinginan kuat untuk berlomba dalam kebaikan, tentu Muhammadiyah tidak mungkin akan sebesar ini.

Membudayakan Ta’awun dan Fastabiqul Khairat

Dalam membudayakan semangat ta’awun dan fastabiqul khairat ini, setidaknya ada 3 langkah yang dapat dilakukan oleh para pimpinan persyarikatan di berbagai level.

  1. Rencanakan dengan matang. Setiap unsur dalam Muhammadiyah harus dapat merumuskan rencana program dengan matang. Para pimpinan, para Ketua Majelis, para Ketua PRM/PRA, para kepala Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), bahkan Organisasi Otonom juga harus duduk bersama untuk mematangkan program melalui rapat kerja lintas bagian agar tercipta sinergi dan kolaborasi antar pihak.
  2. Komunikasikan dengan transparan. Buka saluran-saluran untuk komunikasi antara pimpinan dengan warga. Aktifkan media sosial, aktifkan grup whatsapp, maupun saluran lain. Biar para kader atau warga persyarikatan dapat dengan mudah menyampaikan dan tukar pandangan dalam beberapa hal.
  3. Pantau dan kontrol pergerakan dengan rutin. Rapat koordinasi pimpinan harus digelar rutin, baik dwipekanan atau bulanan (tergantung pada ketersediaan waktunya). Namun penting untuk mengukur setiap perkembangan, agar tahu sejauh apa atau sedekat apa kita dengan tujuan persyarikatan.

Kembali mengingat proses pengumpulan infaq dan donasi untuk tanah Cisalak, semangat berlomba dalam kebaikan sangat terlihat. Tiap ranting maupun Amal Usaha Muhammadiyah bersemangat mengupayakan yang terbaik. Seperti ada lomba “besar-besaran infaq” dan “dulu-duluan transfer” dari masing-masing ranting maupun AUM. Alhamdulillah, sebuah perlombaan yang positif.

Kisah di atas hanya satu dari ribuan kisah bagaimana semangat ta’awun dan fastabiqul khairat dapat menghasilkan banyak hal, Seperti Gerakan Infaq Pendidikan yang diluncurkan saat Milad 111 Tahun Muhammadiyah. Hanya dalam waktu beberapa hari saja, mampu mengumpulkan dana hingga Rp32 miliar lebih. Sebuah gerakan yang patut diapresiasi tinggi.

Dengan terus membudayakan sikap ta’awun dan fastabiqul khairat dalam persyarikatan, insya Allah, seberat apa pun tantangan yang dihadapi, sebanyak apapun pekerjaan rumah yang menanti, insya Allah akan dapat diselesaikan dengan baik. Amiiin. Jangan lupa, yuk terus gelorakan semangat ta’awun dan fastabiqul khairat. Mari kita wujudkan Islam berkemajuan di bumi Nusantara.

*Penulis adalah Ketua PCM Sukmajaya | Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PDM Kota Depok | Mahasiswa Program Doktor Manajemen Pendidikan Islam UMJ | Penerima Beasiswa Kader Seribu Ulama MUI – Baznas Tahun 2023

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button