Esai/Opini

Toleransi Otentik Pendidikan Muhammadiyah, Mencerahkan Indonesia

PDM DEPOK – Oleh: Aunurrofiq Fitriadi*

Muhammadiyah pada 18 November 2024 tahun ini akan milad ke 112. Sebagai organisasi yang dikenal sebagai gerakan dakwah, pendidikan, kesehatan, sosial, bencana dan kemasyarakatan Muhammadiyah selalu aktif dalam berkontribusi nyata untuk Negeri melayani masyarakat Indonesia. Mulai sejak zaman colonial Belanda, Jepang, awal kemerdekaan, orde lama, orde baru hingga saat ini terutama dalam bidang Pendidikan.

Pendidikan di Muhammadiyah mulai dikembangkan pada awalnya di Kauman Yogyakarta dengan mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah yang berada di rumah KHA Dahlan. Para murid dan santri merupakan berasal dari Kauman dan juga sekitarnya. Pendidikan kala itu merupakan sangat mahal, asing dan juga hanya bisa dinikmati oleh para priyayi ningrat maupun keturunan Belanda saja. Sekolah tidak mau mau menerima pribumi yang miskin. Angka buta huruf sangat tinggi dan inilah yang mendorong KHA Dahlan untuk membuka sekolah gratis yang bisa membuat generasi menjadi lebih baik.

Dahulu Pendidikan Islam hanya sekolah tradisional saja, hanya mempelajari ilmu Agama, tidak mempelajari pelajaran umum seperti sekolah yang didirikan Belanda. KHA Dahlan mempopulerkan Sekolah Modern dengan kemasan lebih bagus dan lebih baik dengan mengabungkan Pendidikan Islam dan juga Pendidikan Umum yang saat itu tentu saja masih menjadi perdebatan.

Melalui semangat Teologi Al-Ma’un yang menjadi motivasi KHA Dahlan maka dakwah Islam tidak hanya melalui terori saja, tetapi yang lebih penting adalah dengan mempraktekannya. Maka kemudian munculah berbagai Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dalam bidang Pendidikan, kesehatan, panti asuhan, panti jompo, masjid, dan juga yang lainnya.

Dalam bidang Pendidikan Muhammadiyah sudah tidak diragukan lagi dalam mengelola sekolah dan juga Perguruan Tinggi. Hingga kini tercatat kini memiliki 172 PTMA (Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah . Muhammadiyah juga mengelola 20.233 satuan pendidikan pra sekolah, 1.432 SD, 1.385 MI, 246 SMP, 578 MTs, 535 SMA, 218 MA, 616 SMK, 50 SLB, 440 pesantren, 324 Madrasah Diniyah 1.031 TPQ, dan 109 PKBM. Semua AUM yang dikelola Muhammadiyah ini menunjukkan komitmen Muhammadiyah dalam mencerdaskan dan mencerahkan Indonesia.

Semua AUM tadi tercatat atas nama Persyarikatan Muhammadiyah. Tidak ada aset yang atas nama pribadi, baik itu status tanah, bangunan maupun aset bergerak lainnya. Komitmen inilah yang menjadikan Muhammadiyah menjadi berkembang pesat, cepat dan diterima masyarakat. Banyak yang berlomba-lomba membantu dan juga berwakaf untuk Muhammadiyah dalam pembangunan sekolah maupun dalam AUM yang lain yang bisa dinikmati oleh masyarakat.

Tidak hanya Umat Islam saja murid dan mahasiswa dalam sekolah dan Perguruan Tinggi di Muhammadiyah.Tetapi juga banyak murid dan mahasiwa yang non muslim yang mereka dengan sadar tanpa paksaan ikut menjadi murid dan mahasiswa dalam mengikuti sebagai pelajar dan Mahasiwa di Sekolah dan Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Muhammadiyah sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia yang dengan Pendidikan yang sudah sangat terkenal menjadi pilihan masyaratat Indonesia, tanpa mengenal agama, suku, ras, golongan dan daerah asal.

Bahkan banyak Mahasiswa di Perguruan Tinggi Muhammadiyah di Indonesia Timur yang mayoritasnya adalah non muslim. Mereka menjadikan itu sebagai pilihan utama untuk kuliah karena kualitas yang bagus dan juga terjangkau. 

Dalam Buku Kristen Muhammadiyah Karya Abdul Mu’ti dan Fajar Riza Ulhaq yang sekarang menjadi Menteri dan Wamen Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah menggambarkan tentang toleransi dalam Pendidikan Muhammadiyah baik di Sekolah maupun Perguruan Tinggi di daerah-daerah terpencil di Indonesia, terutama di daerah 3 T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal). Daerah-daerah pinggiran Indonesia yang dimaksud adalah Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT); Serui, Papua dan Putussibau, Kalimantan Barat (Kalbar).

Melalui semangat berlandaskan nilai-nilai Islami, Muhammadiyah berhasil menciptakan Pendidikan yang inklusif, berkualitas dan juga terjangkau bagi masyarakat di daerah. Mereka tidak dipaksa harus mengikuti Agama Islam, namun diberikan kebebasan dalam beribadah sesuai dengan Agamanya masing-masing. Seperti di beberapa Universitas yang mayoritas Mahasiwasnya non muslim yaitu Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong, Universitas Muhammadiyah Sorong, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Manokwari, Universitas Muhammadiyah Papua di Jayapura, Universitas Muhammadiyah Kupang, STKIP Muhammadiyah Kalabahi di Alor, Universitas Muhammadiyah Maumere, dan Universitas Muhammadiyah Manado.

Pendidikan Muhammadiyah merupakan inklusif yang terbuka untuk semua kalangan. Sesuai dengan amanat UUD 1945 bahwa Pendidikan merupakan Hak bagi setiap warga Negara, maka Muhammadiyah menjawab hal itu dan menerapkan Amal Usahanya untuk menerima setiap warga negara tanpa terkecuali melihat agama, suku, ras, golongan, dan kelas sosial. Hal inilah yang membuat para pelajar dan juga Mahasiswa merasa nyaman dan juga betah ketika mereka menjadi bagian dari keluarga besar pelajar dan Mahasiswa di Sekolah dan Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Selain itu kualitas Pendidikan Muhammadiyah di daerah juga sangat bagus dan tidak kalah dengan Perguaruan Tinggi Negeri dan juga terjangkau yang bisa dinikmati semua kalangan. Bahkan ada beberapa Perguruan Tinggi yang sering memberikan beasiswa, keringanan biaya, menicicil biaya Pendidikan hingga bisa membayar dengan hasil dari panen bumi. Seperi yang dilakukan oleh Universitas Muhammadiyah Maumere di NTT yang menerima pembayaran Pendidikan dengan hasil dari panen, karena banyak Mahasiwa di sana yang orang tuanya merupakan petani.

Langkah solutif dan juga tidak komersil dalam penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia ini yang menjadikan Pendidikan Muhammadiyah diterima dengan cepat dan juga dirasakan manfaatkan oleh banyak masyarakat. Bahkan banyak masyarakat non muslim yang menyumbang harta dan benda untuk membantu Pendidikan Muhammadiyah. Banyak sekolah dan Perguruan Tinggi yang menjadi fovarit di Masyarakat. Banyak para pelajar non muslim yang sekolah di Muhammadiyah mereka hapal dan bisa menyanyikan lagu Mars Muhamamdiyah Sang Surya. Karena sering mereka dengarkan ketika ada kegiatan di sekolah dan membuat mereka hapal dan juga sering menyanyikannya tanpa paksaan.

Muhammadiyah juga sering memberikan beasiswa kepada para pelajar dan juga Mahasiswa non muslim untuk sekolah dan kuliah di kampus Muhammadiyah. Mereka tidak dibedakan dan tanpa diskriminasi dalam seleksi beasiwa tersebut. Kesempatan ini diberikan sama dan tanpa adanya perbedaan baik itu yang muslim maupun non muslim. Banyak dari kalangan yang tidak mampu sangat terbatu dengan adanya ini, karena Pendidikan yang inklusif yang diterapkan Muhammadiyah memberikan kesempatan yang sama, sehingga nantinya menciptakan generasi yang unggul, produktif dan mampu menjadi pilar penggerak berkemajuan.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir ketika Tabligh Akbar di Sawangan, Depok tahun lalu mengatakan bahwa “Muhammadiyah itu inklusif, Muhammadiyah itu NKRI. Cuma Muhammadiyah ini tidak pandai beretorika, jarang Muhammadiyah berteriak NKRI Harga Mati, jarang bilang Bhinneka Tunggal Ika, tapi Muhammadiyah mempraktekkan NKRI Harga Mati dan Bhinneka Tunggal Ika itu dalam perbuatan nyata yang mencerdaskan, mencerahkan, dan memajukan. Dan itu dirasakan betul oleh masyarakat,” ujarnya.

Seperti semboyan yang sering dilakukan oleh kader Muhammadiyah. Sedikit bebicara, banyak bekerja. Muhammadiyah seolah bekerja dan beramal dengan senyap tanpa perlu label pengakuan paling toleransi, paling NKRI, paling Indonesia atau paling Plural. Hampir setiap hari selalu diresmikan Amal Usaha Muhammadiyah yang baru terus tumbuh di Indonesia baik itu Sekolah, Kampus, Masjid, Rumah Sakit, Klinik, Panti Asuhan, dan juga Amal Usaha yang lainnya. 

Pendidikan Muhammadiyah tidak hanya berada di Indonesia saja tetapi juga telah menjangkau Luar Negeri sampai ke Malaysia, Mesir, dan juga Australia. Diantaranya adalah Muhammadiyah Australia College yang merupakan sekolah dasar Islam yang berada di Australia dan Univeristas Muhammadiyah Malaysia yang didirikan pada tahun 2021 yang lalu yang juga menjadi favorit para Mahasiswa terutama Warga Negera Indonesia yang saat ini sedang bekerja disana.

Melalui berbagai Sekolah dan juga Perguaruan Tinggi yang di miliki Muhammadiyah yang telah menjadi pioneer dalam menghadirkan Pendidikan yang mencerahkan dengan kualitas yang bagus namun juga terjangkau. Sehingga dapat membantuk masyarakat yang unggul, santun, cerdas dan generasi yang mencerahkan dan berkemajuan inklusif menjunjung tinggi toleransi seperti yang selalu Muhammadiyah tanamkan pada para pelajar dan juga mahasiwanya.

Namun wajah Pendidikan Indonesia memang belum terlihat lebih baik. Banyak sekali pekerjaan rumah yang saat ini perlu diperbaiki. Seperti kontroversi yang sering dilakukan oleh Menteri Pendidikan yang lalu Nadiem Makarim, yang menerapkan kebijakan Kurikulum Merdeka, Zonasi saat pendaftaran Sekolah, kenaikan UKT (Uang Kuliah Tunggal), penghapusan mata pelajaran Pancasila, penghapusan jurusan IPA/IPS, pengapusan Ujian Nasional, membuat tim bayangan di Kementrian Pendidikan, penghapusan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan masih banyak lagi. Kualitas Pendidilkan di Indonesia semakin menurun dan juga ranking Pendidikan Indonesia terus merosot. Menempakan yang bukan ahlinya menjadi Menteri Pendidikan merupakan suatu kemunduran.

Melalui Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah yang baru Abdul Mu’ti maka diharapkan persoalan tadi akan segera terselesaikan dan kualitas Pendidikan Indonesia menjadi meningkat. Dalam Muhammadiyah Abdul Mu’ti merupakan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, sebelumnya juga pernah menjadi Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Sekretaris Mejelis Dikdasmen (Pendidikan Dasar Menengah) PP Muhammadiyah. Dalam dunia Pendidikan bukanlah orang baru. Abdul Mu’ti adalah Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah yang telah lama menghabiskan separuh hidupnya dalam dunia Pendidikan dan pernah menjadi Anggota dan ketua Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M), Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan. 

Dengan berbagai pengalaman yang sangat banyak tersebut diharapkan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti mampun menjawab berbagai persoalan yang diharapkan segera terselesaikan sehingga kualitas Pendidikan dan juga para pelajar menjadi lebih cerdas dan juga menjadi generasi yang berkemajuan. Abdul Mu’ti juga dibantu oleh Fajar Riza Ulhaq yang merupakan akademisi yang juga Ketua Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis PP Muhammadiyah dan juga Atip Latipulhayat yang merupakan guru besar Hukum dari Univeritas Padjajaran.

Semoga dengan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah yang baru Abdul Mu’ti. Pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik dan sekolah di Indonesia menjadi inklusif seperti yang selama ini telah diterapkan dalam Pendidikan Muhammadiyah. Semoga dalam kepemimpinan Abdul Mu’ti Pendidikan Indonesia kembali pada khittah yang lurus dan sesuai dengan Pendidikan yang berkeadilan. Sehingga ini bisa menjadi kado pada Milad Muhammadiyah yang ke 112 ini.

*Anggota Majelis Pustaka dan Informasi PDM Kota Depok

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button