Esai/Opini

Muhammadiyah sebagai Pelopor Pembangunan Sosial di Daerah Terpencil

PDM DEPOK – Oleh: Adipatra Kenaro Wicaksana*

Ditulis Sebagai Bentuk Merayakan Milad Muhammadiyah ke-112 Tahun

Indonesia adalah negara yang luas dan beragam, luasnya dari Sabang hingga Merauke, dengan berbagai daerah terpencil yang seringkali terlupakan. Luas wilayah Indonesia adalah 1.916.906 kilometer persegi untuk daratannya. Sementara itu, luas perairannya mencapai 6.400.000 kilometer persegi. Dengan demikian, total luas wilayah Indonesia adalah 8.300.000 kilometer persegi.

Sementara itu, akses ke layanan dasar seperti kesehatan dan pendidikan masih menjadi tantangan besar. Namun, di balik itu semua, ada sebuah organisasi yang sudah lama bergerak untuk mengisi kesenjangan ini yakni, Muhammadiyah.

Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, bukan hanya sekadar perkumpulan umat, melainkan motor penggerak perubahan sosial. Semangat mereka sederhana: mengabdikan diri pada kemanusiaan dan membangun masyarakat yang adil dan sejahtera. Dan semangat ini tidak hanya diterapkan di kota-kota besar, tetapi juga menyusuri pelosok-pelosok yang kadang jarang terdengar.

Menggapai Daerah Terpencil dengan Semangat Berkemajuan

Satu hal yang menarik dari Muhammadiyah yakni fokusnya yang kuat pada jenjang sosial pendidikan dan kesehatan. Di daerah terpencil, anak-anak sering kali sulit mendapatkan pendidikan layak. Sementara itu, akses ke layanan kesehatan kadang harus ditempuh dengan perjalanan panjang yang melelahkan. Menyadari kondisi ini, Muhammadiyah sebagai garda terdepan mendirikan sebagian sekolah-sekolah di berbagai pelosok, mulai dari SD hingga SMA, lengkap dengan tenaga pengajar yang berdedikasi tinggi.

Kisah inspiratif bisa kita lihat di Papua. Muhammadiyah telah berhasil mendirikan sekolah di kawasan yang bahkan sulit dijangkau kendaraan. Di sana, anak-anak diajari bukan hanya untuk pintar, tapi juga untuk mandiri dan berkontribusi bagi lingkungan mereka. Hal ini memberikan harapan baru bagi generasi muda Papua agar mereka tidak lagi merasa terpinggirkan.

Muhammadiyah telah berhasil mendirikan lembaga pendidikan di berbagai wilayah Papua Barat, seperti di Universitas Muhammadiyah Sorong, Universitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA) Sorong, dan STKIP Muhammadiyah Manokwari. Institusi-institusi ini tidak hanya menerima siswa Muslim, tetapi juga siswa dari berbagai agama, termasuk Kristen Katolik dan Protestan, yang mencerminkan nilai toleransi dan pluralisme yang dianut Muhammadiyah. Dengan adanya keragaman ini, Muhammadiyah berupaya menciptakan lingkungan belajar yang menghargai perbedaan budaya dan agama di Papua Barat, sambil tetap mempertahankan prinsip-prinsip Islam moderat sebagai fondasi pendidikan mereka.

Selain pendidikan formal, Muhammadiyah juga telah mendirikan sekolah-sekolah dasar seperti SD Muhammadiyah di Sorong, yang dibangun untuk memberikan akses pendidikan kepada anak-anak di daerah tersebut, terutama mereka yang berasal dari latar belakang ekonomi yang kurang mampu. Pada awalnya, Muhammadiyah menghadapi tantangan karena kurangnya minat masyarakat setempat untuk memasukkan anak-anak mereka ke sekolah bernuansa religius. Untuk mengatasi hal ini, Muhammadiyah menerapkan pendekatan yang inklusif, merancang kurikulum yang tidak hanya berbasis agama tetapi juga pendidikan umum, sehingga dapat menarik minat masyarakat setempat.

Melalui inisiatif ini, Muhammadiyah tidak hanya berfokus pada aspek akademis tetapi juga pada pendidikan karakter. Siswa diajarkan nilai-nilai seperti keberanian, kemandirian, kerja keras, dan kepedulian sosial, bertujuan untuk membentuk generasi muda yang tinggal di daerah daerah terluar dan terpencil bisa mandiri dan mampu berkontribusi bagi masyarakat.

 Program ini memberikan dampak signifikan dalam membuka kesempatan bagi anak-anak Papua untuk mendapatkan pendidikan berkualitas dan mendukung mereka dalam meraih masa depan yang lebih cerah di tengah keterbatasan akses di daerah terpencil.

Melebarkan Sayap dengan Kolaborasi Secara Pentahelix

Untuk mencapai hasil yang maksimal, Muhammadiyah juga tidak bergerak sendiri. Mereka sering bekerja sama dengan berbagai pihak bahkan secara pentahelix, baik pemerintah maupun lembaga internasional. Misalnya, program “Muhammadiyah Aid” yang bekerja sama dengan beberapa NGO internasional untuk menyediakan vaksinasi dan pelayanan kesehatan di daerah perbatasan ketika Covid-19. Hal ini menunjukkan bahwa Muhammadiyah terbuka terhadap kolaborasi demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kolaborasi ini memungkinkan Muhammadiyah untuk mengatasi keterbatasan yang ada. Daerah terpencil seringkali tidak memiliki fasilitas memadai, dan bantuan dari pihak luar sangat penting. Dengan dukungan pemerintah setempat dan masyarakat, Muhammadiyah mampu membangun pusat-pusat layanan yang membawa manfaat nyata bagi masyarakat sekitar.

Dampak Sosial yang Dirasakan Langsung

Tak hanya sebatas angka dan data, dampak inisiatif Muhammadiyah ini dirasakan langsung oleh masyarakat. Di desa terpencil di Sulawesi Selatan, seorang ibu bercerita bahwa anaknya kini dapat mengenyam pendidikan dengan layak di sekolah Muhammadiyah. Hal terebut tak perlu lagi harus berjuang jauh-jauh demi mencari sekolah yang bagus. Selain itu, keberadaan klinik Muhammadiyah juga memudahkan masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan tanpa harus bepergian jauh.

Bahkan ini dijelaskan langsung oleh studi dari Haerisma (2015) dalam jurnal Al Amwal di penelitiannya membahas hingga menyoroti pola pemberdayaan ekonomi yang diterapkan oleh Muhammadiyah di Cirebon, yang berhasil mengembangkan potensi ekonomi lokal melalui inisiatif berbasis komunitas. Pendekatan ini memungkinkan anggota masyarakat untuk memulai usaha lokal, meningkatkan keterampilan kerja, dan memberikan dampak ekonomi yang berkelanjutan di daerah tersebut.

Seain itu juga dalam penelitian yang dilakukan oleh Hakim (2018) dalam Falah: Jurnal Ekonomi Syariah menunjukkan bahwa pendekatan Muhammadiyah dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis keagamaan berhasil meningkatkan kemandirian dan ekonomi lokal melalui amal usaha. Dalam konteks ini, Muhammadiyah memberikan pelatihan keterampilan kepada masyarakat, yang berkontribusi pada peningkatan ekonomi lokal karena masyarakat lebih mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan dan mendukung kegiatan ekonomi keluarga mereka

Tantangan dan Harapan di Masa Depan

Tentu saja, Muhammadiyah juga menghadapi berbagai tantangan dalam menjalankan misinya. Kondisi geografis, kurangnya fasilitas, dan minimnya akses transportasi menjadi hambatan yang harus dihadapi. Namun, hal ini tidak mengurangi semangat Organisasi Muhammadiyah. Mereka terus mencari cara untuk beradaptasi, seperti menggunakan teknologi digital untuk menghubungkan pengajar dan tenaga medis dengan masyarakat di daerah terpencil.

Dari semua upaya yang telah dilakukan, jelas terlihat bahwa Muhammadiyah memainkan peran penting sebagai pelopor pembangunan sosial di daerah terpencil. Dengan mengutamakan nilai-nilai keadilan, kesejahteraan, dan kemandirian, Muhammadiyah telah memberikan kontribusi nyata bagi Indonesia. Ini adalah bukti bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah kecil, dari organisasi yang bekerja dengan hati, dan dari tangan-tangan yang tulus mengabdi.

 

*Lulusan S1 Kesehatan Masyarakat peminatan Kesehatan Lingkungan di Universitas Muhammadiyah Jakarta, Minat dalam Bidang Penangulangan Bencana. Sosial Media Penulis: https://www.instagram.com/adipatrakw/ Linkedin Penulis: https://www.linkedin.com/in/adipatrakw/

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button