The Spirit of Dauzan, Aktivisme Literasi Muhammadiyah

PDM DEPOK – Buku The Spirit of Dauzan adalah sebuah karya yang mengangkat semangat aktivisme literasi yang tumbuh subur dalam komunitas Muhammadiyah. Disunting oleh David Efendi dan Arief Budiman Ch., buku ini memberikan penghargaan terhadap gerakan literasi Muhammadiyah yang telah berkontribusi besar dalam mencerdaskan masyarakat Indonesia melalui pengembangan budaya membaca dan menulis. Diterbitkan pada Mei 2018 oleh Titah Surga dan Serikat Taman Pustaka, buku ini mengumpulkan berbagai kisah inspiratif dari para pegiat literasi yang tersebar di seluruh Indonesia, memperkuat tekad kolektif untuk memajukan literasi dalam masyarakat modern.
Buku ini diawali dengan dua prolog yang memberikan konteks sejarah gerakan literasi Muhammadiyah. Arif S. Yudistira dalam prolog pertama menyoroti pentingnya penguatan kebiasaan membaca di masyarakat. Mengutip pernyataan Ketua Umum Muhammadiyah, Haedar Nashir, yang menyebutkan bahwa “mengumpulkan orang untuk berdemo lebih mudah daripada mengajak orang membaca di perpustakaan,” Yudistira menjelaskan bagaimana tantangan ini dijawab oleh para pegiat literasi muda dalam Muhammadiyah. Sementara itu, Hendra Apriyadi dalam prolog kedua membahas kelahiran **Serikat Taman Pustaka Muhammadiyah, sebuah organisasi yang bertujuan untuk mengembangkan perpustakaan dan gerakan literasi di tingkat akar rumput.
Kisah Inspiratif dari Para Pegiat Literasi
Inti dari buku The Spirit of Dauzan adalah kumpulan kisah dari para pegiat literasi di seluruh Indonesia. Bagian-bagian ini menampilkan berbagai narasi personal dan pengalaman komunitas yang menginspirasi. Misalnya, Alhafiz Atsari berbagi cerita tentang bagaimana ia pertama kali bergabung dengan gerakan literasi melalui Rumah Baca Komunitas (RBK) di Yogyakarta. Awalnya merasa asing dan canggung dengan aktivitas literasi, ia akhirnya menemukan panggilannya dalam dunia buku dan membaca. Melalui pengalamannya, ia menyadari bahwa gerakan literasi tidak hanya tentang menyebarkan buku, tetapi juga menciptakan ruang inklusif untuk pertumbuhan intelektual dan sosial.
Selain itu, buku ini juga menampilkan berbagai program inovatif yang digagas oleh komunitas literasi. Salah satunya adalah Perpustakaan Dauzan, yang didirikan untuk memperluas akses masyarakat terhadap buku dan pengetahuan. Program seperti One Week One Book juga diperkenalkan untuk mendorong kebiasaan membaca secara teratur, khususnya di kalangan pelajar.
Literasi Sebagai Gerakan Sosial
Buku ini tidak hanya membahas literasi sebagai aktivitas individu, tetapi juga sebagai bagian dari misi sosial yang lebih luas. Dalam salah satu bab, pembaca diajak untuk melihat bagaimana literasi dapat menjadi alat untuk mempromosikan nilai-nilai toleransi, kedamaian, dan kepedulian terhadap lingkungan. Misalnya, bab Ekoliterasi memperkenalkan konsep literasi yang berfokus pada pendidikan lingkungan, menunjukkan bahwa literasi tidak hanya tentang memahami teks, tetapi juga tentang memahami dunia di sekitar kita.
Muhammadiyah, melalui berbagai inisiatif literasi yang digagas dalam buku ini, menunjukkan komitmen besar untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi, dan intelektual masyarakat. Misalnya, di daerah-daerah pedesaan, komunitas literasi tidak hanya menyediakan buku, tetapi juga ruang untuk diskusi dan pembelajaran kolektif. Hal ini menunjukkan bahwa literasi juga dapat menjadi jembatan bagi pembangunan sosial dan ekonomi di masyarakat yang membutuhkan.
Dalam era digital, buku ini juga menggarisbawahi pentingnya adaptasi teknologi dalam gerakan literasi. Beberapa kontributor berbicara tentang bagaimana mereka memanfaatkan media sosial dan platform digital untuk menjangkau lebih banyak orang. Teknologi, seperti yang dijelaskan dalam buku ini, dapat menjadi alat yang kuat untuk memperluas akses literasi dan menggerakkan masyarakat agar lebih peduli terhadap pentingnya membaca dan menulis. Namun, buku ini juga menekankan bahwa teknologi hanyalah alat; keberhasilan gerakan literasi tetap bergantung pada keterlibatan aktif dan kemauan untuk terus belajar.
Tantangan dan Harapan
Walaupun banyak pencapaian yang telah diraih, buku ini juga jujur dalam mengakui berbagai tantangan yang dihadapi gerakan literasi. Salah satunya adalah masalah pendanaan dan dukungan, di mana beberapa komunitas harus berjuang keras untuk mempertahankan momentum mereka. Ada juga kendala dalam mengatasi apatisme masyarakat terhadap kegiatan membaca. Namun, semangat dan dedikasi yang tergambar dalam setiap cerita di buku ini membuktikan bahwa literasi bisa terus bergerak maju jika didukung oleh niat baik, kerja keras, dan kolaborasi.
Buku ini menutup dengan pesan yang kuat bahwa gerakan literasi bukanlah tugas yang selesai dalam satu malam. Ini adalah perjalanan panjang yang membutuhkan komitmen dan kolaborasi dari berbagai pihak—mulai dari individu, komunitas, hingga pemerintah. The Spirit of Dauzan mengajak kita semua untuk berperan serta dalam upaya melawan buta aksara dan memperkuat budaya membaca di masyarakat.
Secara keseluruhan, The Spirit of Dauzan adalah buku yang kaya akan inspirasi dan wawasan. Ini bukan hanya dokumentasi sejarah gerakan literasi Muhammadiyah, tetapi juga panduan praktis dan motivasi bagi siapa saja yang ingin terlibat dalam kegiatan literasi. Dengan gaya penulisan yang beragam dan kisah-kisah yang membumi, buku ini berhasil menyampaikan pesan bahwa literasi adalah kunci untuk perubahan sosial, pengembangan diri, dan kemajuan bangsa. Bagi para pendidik, aktivis, dan siapa saja yang peduli pada pendidikan dan pengembangan masyarakat, buku ini adalah bacaan yang wajib.
Unduh bukunya dengan klik tautan berikut: UNDUH