Fatwa, Maklumat, Putusan

Bulan Rajab, Fadilah dan Amalan-Amalan di Dalamnya

PDM DEPOK – Oleh: Ust. Imamudin Muchtar, M.Si.*

Bulan Rajab merupakan salah satu dari 4 bulan suci (AlAsyhur Al-Hurum) dalam bulan-bulan hijriyah, sebagaimana firman Allah Q.S {9}36 :

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ

Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (Lauh Al-Mahfūz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu).

Demikian juga Rasūlullah saw. jelaskan dalam hadisnya

عَنْ أَبِي بَكْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: ” إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو الْقَعْدَةِ، وَذُو الْحِجَّةِ، وَالْمُحَرَّمُ، وَرَجَبٌ شَهْرُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ “

Dari Abū Bakrah bin Nufai’ bin Al-Harits raḍiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi saw bersabda ketika haji Wada’: “Sesungguhnya zaman telah beredar sebagaimana yang ditentukan sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun terdapat dua belas bulan. Darinya terdapat empat bulan haram yaitu tiga bulan berurutan: Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, dan (satu terpisah) Rajab Mudhar yang berada di antara Jumada (Akhirah) dan Sya’ban.” (Muttafaq ‘alaih).[1]

Sebagai bulan haram, Rajab memiliki keutamaan sebagaimana bulan-bulan haram lainnya seperti larangan berperang padanya kecuali ketika musuh yang datang menyerang, ibadah dan amal salih yang dikerjakan di bulan bulan haram akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah swt, namun juga perbuatan maksiat yang dilakukan pada bulan bulan haram lebih besar dosanya.

Hal tersebut sebagaimana yang dinukil oleh para mufassirin di antarannya Imām Ibnu Jarīr Ath- ṭabariy (w 310 H),  Imam Al Hāfiẓ Ibnu Katsīr (w 774 H) riwayat Ibnu ‘Abbas tatkala menafsirkan ayat di atas:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَوْلُهُ: « {إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ} فِي كُلِّهِنَّ. ثُمَّ خَصَّ مِنْ ذَلِكَ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ فَجَعَلَهُنَّ حُرُمًا وَعَظَّمَ حُرُمَاتِهِنَّ وَجَعَلَ الذَّنْبَ فِيهِنَّ أَعْظَمَ وَالْعَمَلَ الصَّالِحَ وَالْأَجْرَ أَعْظَمَ»

Maksudnya dalam setiap dua belas bulan. Lalu Allah mengkhususkan dua belas bulan itu empat bulan, maka Allah menjadikan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, membesarkan pengharamannya, menjadikan dosa pada empat bulan haram ini lebih besar dan amal shalih dan pahala lebih besar.”[2]

Adapun terkait dengan amalan amalan di Bulan rajab, para ulama sepakat mengatakan bahwa dianjurkan memperbanyak Ibadah dan amal saleh pada bulan Rajab. Ibadah dan amal saleh yang dimaksud adalah secara umum sesuai dengan tuntunan dan petunjuk Nabi saw yang ṣahīh sebagaimana dianjurkan pada bulan-bulan lainnya, tanpa mengkhususkan suatu ibadah pada hari tertentu di bulan Rajab, seperti puasa-puasa sunah, yaitu puasa Senin dan Kamis, puasa ayyamil bid’h (tanggal 13, 14 dan 15 bulan Hijriah)[3], perihal puasa di bulan Rajab telah disebutkan dalam buku TJA jilid 2 hal 133 .

Begitu pula dianjurkan memperbanyak salat-salat sunah seperti rawātib, ḍuha, tahiyyatul masjid, setelah wudu, qiyamul lail, tahajjud dan witir yang memiliki dalil yang ṣahih. Adapun mengenai amalan yang dilakukan sebagian orang yang dikenal dengan shalat Ragāib (shalat pada malam Jumat pertama bulan Rajab)[4] maka semua ini adalah perbuatan bidah yang tidak ada contohnya dari Rasulullah saw, sebagamana dijelaskan oleh para ulama.

Dalam kitabAl-Majmū’, Imam An-Nawawi dari kalangan Syāfiiyyah berkata :

الصَّلَاةُ الْمَعْرُوفَةُ بصلاة الرغائب وهي ثنتى عَشْرَةَ رَكْعَةً تُصَلَّى بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ لَيْلَةَ أَوَّلِ جُمُعَةٍ فِي رَجَبٍ وَصَلَاةُ لَيْلَةِ نِصْفِ شَعْبَانَ مِائَةُ رَكْعَةٍ وَهَاتَانِ الصَّلَاتَانِ بِدْعَتَانِ وَمُنْكَرَانِ قَبِيحَتَانِ

“Shalat yang dikenal dengan shalat Raghaib sebanyak dua belas rakaat yang dikerjakan antara Maghrib dan Isya pada malam Jumat pertama bulan Rajab, dan shalat malam nisyfu Sya’ban sebanyak seratus rakaat adalah bid’ah yang mungkar lagi buruk”. [5]

Demikian juga beliau katakan dalan kitab syarh ṣahīh muslim, dan Imam Ibnu hajar Al-Haytamiyy dalam fatāwānya[6]

Ibnu Nujaim dari kalangan hanafiyah juga mengatakan:

ومن هنا يعلم كراهة الاجتماع على صلاة الرغائب التي تفعل في رجب في أول ليلة جمعة منه وأنها بدعة،

Diketahui dari pembahasan ini bahwa dilarang berkumpul untuk salat ragaib yang dilaksanakan pada malam pertama di bulan rajab, bahwa hal tersebut merupakan bid’ah [7]

Imam Ibnu Al-Hāj dari kalangan Malikiyah juga menyatakan bahwa perbuatan tersebut merupakan bid’ah:

ومن البدع التي أحدثوها في هذا الشهر الكريم (يعني شهر رجب) : أن أول ليلة جمعة منه يصلون في تلك الليلة في الجوامع , والمساجد صلاة الرغائب

“Dan di antara bid’ah yang diadakan pada bulan yang mulia ini (yakni bulan Rajab) yaitu di malam Jum’at pertama dari bulan Rajab mereka melakukan shalat Raghaib di kota-kota dan masjid-masjid, mereka berkumpul di kota-kota dan masjid-masjid, mereka melakukan bid’ah.[8]

Demikian juga Al-Buhūtiyy dari kalangan hanābilah juga meyebutkan kebidahan praktek tersebut

وصلاة الرغائب والألفية ليلة نصف شعبان بدعة لا أصل لهما

Salat Ragāib dan salat Alfiyah pada pertengahan bulan sya’ban tidak mempunyai dalil (landasan) yang kuat . [9]

Demikianlah ayat, hadis serta perkataan para ulama yang dapat kami nukilkan, semoga kita mampu memaksimalkan bulan rajab dengan ibadah ibadah yang telah dicontohkan Rasulullah Saw.

*Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid PDM Kota Depok

[1] . HR. Bukhārī, jilid 4/107, Muslim 3/1305.

[2] . Ath- ṭabariy (w 310 H), Jāmi’ al-Bayān, 11/444, Ibnu Katsīr (w 774 H) Tafsīr al-qur’an al-‘aẓīm, 4/128.

[3] . https://muhammadiyah.or.id/amalan-amalan-masyru-yang-dapat-dilakukan-di-bulan-rajab/ diakses 08/01/2024 pukul 21.44

[4] . https://web.suaramuhammadiyah.id/2023/01/28/shalat-raghaib/ , diakses 08/01/2024 pukul 21.30

[5] . An-Nawawī (w 676 h) Al- Majmū’ Syarh Al-muhazzab, 4/56.

[6] . An-Nawawī (w 676 h), Syarh syarh ṣahīh muslim, 8/20. Ibnu Hajar Al-Haytamiyy (w 974 h) Al-Fatāwā al-fiqhiyyah al-kubrā, 1/216.

[7] . Ibnu Nujaim (w 970 h) Al-Bahr Ar-rāiq, 4/131 .

[8] . Ibnu Al-Haj Al-Mālikiyy (w 737 h), Al-Madkhal, 1/294.

[9] Al-Buhūtiyy (w 1051 h) Syarh Al- Muntahā, 1/252 .

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button