Artificial Intelligence Penunjang Pembelajaran

PDM DEPOK, JAKARTA – Istilah Artificial Intelligence (AI) baru-baru ini semakin populer di kalangan pengguna media digital. Dalam dunia pendidikan, AI bahkan lebih hangat dibincangkan melebihi perbincangan pengguna internet secara umum. Salah satu alasannya karena pada batas tertentu, AI ditengarai bisa menggantikan fungsi guru dalam pembelajaran.
Tidak dimungkiri, kemajuan teknologi terbukti sukses membantu berbagai pekerjaan manusia. Waktu, tenaga, serta biaya bisa dipangkas lebih hemat. Pekerjaan menjadi ringan dan cepat dengan produktivitas tinggi. Manusia benar-benar dimudahkan dengan kehadiran teknologi.
AI sebagai turunan dari kemajuan teknologi, pun menawarkan kemudahan dalam proses pendidikan dan pengajaran. Boleh dikata, problem belajar peserta didik tidak lagi bergantung sepenuhnya kepada guru secara fisik. Di sinilah kehadiran teknologi AI efektif membantu memecahkan problem belajar peserta didik. Guru pun tidak lagi menjadi satu-satunya sumber pengetahuan dalam proses pembelajaran.
Konten AI ini dibahas pembicara Yassir Mustakim Nur pada sesi workshop Pembentukan Pandu Digital Sektor Pendidikan Kolaborasi Dengan Muhammadiyah. Yasir memandu peserta dengan presentasinya berjudul “Cakap Bermedia Sosial Pemanfaatan AI untuk Pembelajaran” di Ruang Pertemuan Masjid At-Tanwir PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat.
Yassir menilai, pemanfaatan AI dalam pendidikan memberikan peluang untuk menyajikan konten pembelajaran secara personal, mendalam, dan efisien. AI mendorong pengembangan keterampilan 21st century seperti pemecahan masalah, kreativitas, dan kolaborasi melalui alat-alat inovatif yang dapat diintegrasikan dalam pengalaman belajar.
Dalam sajiannya, Founder As-Salam Education Community ini memperkenalkan perplexity.ai sebagai salah satu model dari banyak pilihan teknologi AI semisal ChatGPT. “Kepintaran” perplexity.ai dengan model bahasanya pun dianggapnya sama dengan ChatGPT.
Seperti ChatGPT, perplexity.ai mengombinasikan model bahasa dengan algoritma kecerdasan buatan (Large Language Model). Namun, dengan algoritma Natural Language Processing (NLP), perplexity.ai bisa memberikan jawaban dan informasi akurat bagi penggunanya dengan menampilkan sumber pengambilan informasi. Dengan menyediakan fitur Kurasi Sumber, pengguna dapat mengkurasi kembali sumber yang dikutip oleh perplexity.ai sehingga sajian informasi lebih kredibel.
Yassir menyimpulkan, penggunaan perplexity.ai memiliki manfaat yang signifikan bagi peserta didik sebagai pendamping belajar. Dengan kemampuan analisis teks yang canggih, perplexity.ai membantu siswa merangkum materi, menjawab pertanyaan, dan memahami konsep secara lebih cepat.
Menurut Yassir, kehadiran AI seperti perplexity.ai menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Muhammadiyah yang memiliki ribuan sekolah untuk mengedukasi guru-guru Muhammadiyah. Guru-guru Muhammadiyah harus memiliki daya adaptif pada perkembangan teknologi AI. Guru-guru Muhammadiyah harus melek AI. Guru Muhammadiyah tidak boleh stag, sementara teknologi melesat maju tanpa kompromi.
Namun, menurut Yasir, perplexity.ai harus diposisikan sebagai pendamping pembelajaran saja, bukan sebagai sumber belajar utama peserta didik. Maka, proses belajar yang menyangkut kesimpulan, pendalaman materi, atau penanaman nilai-nilai itu mutlak diampu guru. Di sinilah fungsi pendidikan yang hanya bisa dilaksanakan oleh pendidik, bukan oleh teknologi.
“Ada ranah belajar yang tidak bisa digantikan AI, yaitu psikomotor dan afeksi. Kognisi sangat mungkin diambil alih AI, tapi psikomotor dan afeksi tidak bisa. Karena itu, AI tidak bisa menggantikan guru dalam proses internalisasi nilai-nilai dan karakter peserta didik,” kata Yassir pada sesi wawancara dengan MPI Kota Depok.
Dia juga menambahkan, guru di era sekarang untuk terus belajar menyikapi tantangan zaman. “Satu hal yang patut direnungkan para guru dalam menyikapi perkembangan teknologi dan tantangan pembelajaran abad 21 adalah tidak berhenti belajar. Bila guru berhenti belajar, sebaiknya ia berhenti mengajar,” imbuh Yassir. (Abdul)